CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 09 Mei 2011

Miliki Bintang

Miliki Bintang

Aku terdiam menatap malam

Malam dengan sejuta bintang

Meski hanya bisa ku menatap

Diam ku berfikir

Indahnya miliki bintang

Seperti kawanku yang lain

Tertawa dan bahagia

Akankah ku bisa miliki bintang ?

Terangi hariku yang begitu kelam

Buat kalbuku tersenyum

Agar kunikmati nada kehidupan

Mungkinkan ku kan dapatkan bintang ?

Meski ku tak seindah mereka

Atau aku tak kan pernah

Dapatkan bintang yang lama kuinginkan

Lama ku termenung

Mencari lebihan diri

Meski lama aku berfikir

Tak jua kutemukan

Apakah diriku terlalu kurang ?

Untuk dapatkan apa yang kuinginkan

Haruskah aku menangis ?

Atau memohon dengan hina-terhina

Salahkah aku inginkan bintang ?

Walaupun diriku tak sempurna

Tak miliki satu jua

Untuk raga ini bangga dan banggakan

>> Saat ku lihat mereka

Betapa aku merasa sangat berbeda

Aku tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan

Aku tidak memiliki apa yang meraka miliki

Aku tidak memiliki…

Aku tidak memiliki…

Sangat nyata kurasakan hakikat keadilan Tuhan tak berarti

Tersirat sejuta tanya yang sama,,;

Mengapa…?

Mengapa…?
Mengapa aku berbeda…?
.<<

Mengapa aku yang paling berbeda ?

Mengapa ku tak sesempurna mereka ?

Salahkah aku telahir ?

Meskipun hidup ini belum di akhir

Bagaimana ku dapatkan bintang ?

Haruskah aku menangis lagi ?

Atau ku harus tersenyum

Jalani kesendirian tanpa bintang

Instrument song : Puisi –Jikustik-

Senin, 28 Desember 2009


Sajak Buat yang Jauh



Saat kusadari bintang itu kan jauh

Tak ingin kubiarkan semua hilang-lenyap

Mungkin nanti,

Besok,

Atau lusa

Semua berganti menjadi indah

Nostalgia mengalun merdu dalam sayu,

Bukan rayu,

Atau kemayu

Bintang itu akan kembali, sayang

Tapi tidak sekarang

Mungkin nanti,

Besok,

Atau lusa

Semua berganti menjadi lebih indah…

Senin, 14 Desember 2009

舞台芸術エキサイティングな

水曜日10月28日昨日、81人の若者への誓いの日だった。学校、SMPN 1バニュワンギ芸術公演を開催した。芸術の校庭で開催された舞台。多彩な芸術公演が行われた。全ての生徒と教師は、学校のアートシーンを目撃した時。
舞台芸術は、9年生がシニアバンドの出現によって開かれました。ネマバンドの永遠のバンドです。永遠のバンドの曲は、彼らが選択をもたらした。タイトルSecuil聖愛だった。この曲はとても良いです。すべての学生が、実際には曲を楽しんだ見えた。
バンドの永遠の後、他のバンドの曲はバンドのボックスが普及ステージには、アクションのタイトルです。
私たちは、スタンドと一緒に合唱団とインドネシアラヤを歌う後。テキスト青年の誓い続きを読む。その後、我々は国家の歌を歌った。この曲はヌサ1つの国と民族の歌メラウケにサバンからです。その時点での雰囲気を、非常に厳粛な穏やかさ。
イベントKuntulanダンスで私たちのクラスの兄弟が主催続いた。彼らは非常によくダンスをもたらした。
その後、彼女は校長の発言を与え、学生に秀でるの奨学金を与えた。その一つが私たちの友人リタ者水泳のレースでは、彼女を入力秀でるという名前です。
主要な演説の後、演説は、委員会の委員長で与えられる。彼は、私たち以降、国家と国家のための有用な人であることが私たちと忠告した。
イベントバリ舞踊の出現によって2つの当社の高齢者によって実行されます続いている。それらの1つ屋Wayanです。ダンスは、非常に良いこと。
その後、いくつかの我々の友人のインドネシアについての詩を読んでください。彼らは非常に感謝の詩を読む。
後は、その曲の歌曲ドラゴンボールをもたらすバンドの外観です。
その後、ダンスイベントJaran陽が続きます。手ぶれJaranダンスのいずれかのオリジナルダンスバニュワンギの一つです。この踊りは、日本でも文化大使として示していた。この踊りは、私たちの友人、ヨシと1つの我々の先輩のが実行されます。
この踊りは、人の女の子が好きな若い男について説明します。しかし、彼女はそれのようにも離れてからはなかった。男の子は女の子(のバニュワンギウィザードと呼ばれる)を誘致するための魔法の儀式を行ってしまった。最後に、女の子も男の子が好きだった。しかし、若い男が離れてから代わりに。その後、少女は叫んだ。若者の心を解かした。最後に、それらが一緒に。
私たちの友人、ヨシと当社の先輩Jaran踊り手は非常に非常に良いをもたらした。
後は、曲の中学2年生バンド演奏チンタMatiのです。
その後、見る私たちのクラスが表示されるドラマの兄弟の外観が続きます。ドラマの願いについて言われた私Imutガールフレンドを求めてください。ゲームでは、私は、家から離れて彼氏Imutしたい両親によって強制的にあったことを望む。フォレスト内の場合、もしImut女性イエローKelenting会った。もし招待Kelentingイエロー場合Imut彼の家に。がある場合は、-場合Imut母親と2人の姉妹イエローKelentingに会った。兄弟共に黄色Kelenting赤と青のKelenting Kelenting名付けられた。どうやら、母親と2人の兄弟黄色Kelenting非常に彼女を意味する。それから私はしたい- Iは3 Kelenting Imutし、宮殿に彼女の母を招待したいと思います。が、私は望む、私は希望Imut彼の両親に紹介します。そして最後に、私は、私Kuninguntuk Imut Kelenting希望のガールフレンドに選んだください。
この劇は私たちのクラスの兄弟が非常に面白いと陽気で行われた。私たちもmeliatnya -笑う作られています。
イベントの人はI Love Ŭ Bibehと呼ばれる歌をもたらしたのシニアバンドの外観が続いた。 1つのボーカリスト年Michailジャクソンスタイルのように踊ることができます。
後は、その一Telkomselの役員のうちに持ち込んでクイズです。係者の質問に答えることができます誰にも賞品を手渡した。
芸能に加えて、そこにも私の学校の学生の作品が展示されます。彼の作品は非常に良いされ、美しい。
この若者の宣誓書は非常にお祝いの場所のコンテキスト内の舞台芸術。
願わくば、我々の世代は、国家と国家役に立つことができるため適切にして我々任務を遂行する。

Exciting Stage Art

Wednesday October 28, yesterday was the day of oath to the 81 young men. School, SMPN 1 Banyuwangi held art performances. Performing arts held in the school yard. Colorful art performances took place. All students and teachers at the school witnessed the art scene.
Performing arts was opened by the appearance of our senior band, which is 9th grade. Nema band is Forever band. Forever band brought a song that they choose to. The title was Secuil Cinta. The song is very good. All the students looked really enjoyed the song.
After Forever band, other bands take the stage and the song popularized by the band box that title in Action.
After that we all stand and sing Indonesia Raya together with the choir. Continue reading the text youth oath. Then we sang the national songs. The song is Satu Nusa Satu Bangsa and the song Dari Sabang sampai Merauke. At that time the atmosphere appeared calm and very solemn.
The event was followed by Kuntulan dance hosted by the brothers of our class. They brought dance very well.
Then, she gave the principal remarks and gave scholarships to students who excel. One of them is our friend named Lita, who excel in swimming races she entered.
After the principal speech, a speech given by the chairman of the committee. He advised us that we later can be a useful person for the nation and state.
The event was followed by the appearance of Balinese dances are performed by two of our seniors. One of them is ya Wayan. Dance that they bring very good.
After that, some of our friends read a poem about Indonesia. They read the poem very appreciate.
After that is the appearance of a band that brings a song of songs song Dragon Ball.
Then followed by a dance event Jaran Goyang. Jaran Goyang dance is one of the original dance Banyuwangi. This dance had even shown in Japan as a cultural ambassador. This dance is performed by our friend, Yosi and one of our seniors.
This dance tells about a young man who likes a girl. But she did not like it even away from it. The boy ended up doing a magical ritual to attract the girls (in Banyuwangi called santet). Finally, the girl nor the boy liked. But the young man away from it instead. Then the girl cried. The heart of the youth-melted. Finally, they can together.
Our friend, Yosi and our seniors brought Jaran Goyang dance it very very good.
After that is the 8th grade band performance of the song Cinta Mati.
Then, the show followed by the appearance of the brothers of our class that displays a drama. The drama was told about the wish-I wish Imut seeking a girlfriend. In the play, I wish, I wish Imut away from home for a boyfriend was forced by her parents. If in a forest-If Imut met a woman named Yellow Kelenting. If invited Kelenting Yellow-If Imut to his house. There, If-If Imut met with mother and two sisters Kelenting Yellow. Both brothers were named Kelenting Yellow Kelenting Red and Blue Kelenting. Apparently, mother and two brothers yellow Kelenting very mean to her. Then I wish-I wish to invite the three Kelenting Imut and her mother to the palace. There, I wish, I wish Imut introduce them to his parents. And finally, I wish, Kelenting Kuning for Imut chose to be his girlfriend.
The play was performed by the brothers of our class with a very funny and hilarious. So, we are also laugh.
The event was followed by the appearance of our senior band who brought a song called I Love U Bibeh. One vocalist can dance like Michail Jackson style.
After that is a quiz that brought one of the officers of Telkomsel. The clerk handed out prizes to anyone who can answer the question.
In addition to performing arts, there are also exhibits the works of the students in my school. His works were very nice and beautiful.
Performing arts in the context of youth oath this time very pleasant place.
Hopefully, we as a generation can be useful for the nation and the state in order to carry out our duties properly then.

Pentas Seni yang Menyenangkan








Hari Rabu tanggal 28 Oktober kemarin adalah hari sumpah pemuda yang ke 81. Sekolahku, SMPN 1 Banyuwangi mengadakan pentas seni. Pentas seni diadakan di halaman sekolah. Pentas seni berlangsung meriah. Semua siswa dan guru di sekolahku menyaksikan pentas seni tersebut.
Pentas seni dibuka oleh penampilan band kakak kelas kami, yaitu kelas 9. nema band itu adalah Forever band. Forever band membawakan sebuah lagu yang mereka buat sendiri. Judulnya adalah Secuil Cinta Suci. Lagu tersebut sangat bagus. Semua siswa terlihat sangat menikmati lagu tersebut.
Setelah Forever band, band lain naik ke panggung dan membawakan lagu yang dipopulerkan oleh grup band Kotak yang judulnya Beraksi.
Setelah itu kami semua berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama dengan paduan suara. Dilanjutkan pembacaan teks sumpah pemuda. Kemudian kami menyanyikan lagu-lagu nasional. Yaitu lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan lagu Dari Sabang sampai Merauke. Saat itu suasana terlihat tenang dan sangat khidmat.
Acara dilanjutkan dengan tari kuntulan yang dibawakan oleh adik-adik kelas kami. Mereka membawakan tarian itu dengan sangat baik.
Kemudian, Ibu Kepala Sekolah memberikan sambutan sekaligus menyerahkan beasiswa kepada siswa-siswi yang berprestasi. Salah satunya adalah teman kami yang bernama Lita, yang berprestasi dalam lomba renang yang diikutinya.
Setelah sambutan kepala sekolah, sambutan diberikan oleh ketua komite. Beliau menasehati kami agar kami nantinya bisa jadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara.
Acara dilanjutkan oleh penampilan tari daerah Bali yang dibawakan oleh dua orang kakak kelas kami. Salah satunya adalah mbak Wayan. Tarian yang mereka bawakan sangat bagus.
Setelah itu, beberapa teman kami membacakan puisi tentang Indonesia. Mereka membacakan puisi itu dengan sangat menghayati.
Setelah itu adalah penampilan sebuah band yang membawakan sebuah lagu yaitu lagu lagu Dragon Ball.
Kemudian acara dilanjutkan oleh tarian Jaran Goyang. Tarian Jaran Goyang ini adalah salah satu tarian asli Banyuwangi. Tarian ini bahkan pernah ditampilkan di Jepang sebagai duta kebudayaan. Tarian ini dibawakan oleh teman kami, Yosi dan seorang kakak kelas kami.
Tarian ini menceritakan tentang seorang pemuda yang menyukai seorang gadis. Tapi gadis itu tidak menyukainya bahkan menjauhinya. Sang pemuda akhirnya melakukan suatu ritual magis untuk memikat sang gadis (di Banyuwangi biasa disebut santet). Akhirnya sang gadis-pun menyukai sang pemuda. Tapi sang pemuda malah menjauhinya. Kemudian sang gadis menangis. Hati sang pemuda-pun luluh. Akhirnya mereka-pun bisa bersama.
Teman kami, Yosi dan kakak kelas kami itu membawakan tarian Jaran Goyang itu dengan sangat sangat bagus.
Setelah itu adalah penampilan band kelas 8 yang membawakan lagu Cinta Mati.
Kemudian, acara dilanjutkan oleh penampilan kakak-kakak kelas kami yang menampilkan sebuah drama. Drama itu menceritakan tentang Andai-Andai Imut yang mencari seorang pacar. Di drama itu, Andai-Andai Imut kabur dari rumah karena dipaksa punya pacar oleh orang tuanya. Di sebuah hutan Andai-Andai Imut bertemu dengan seorang perempuan bernama Kelenting Kuning. Kelenting Kuning mengajak Andai-Andai Imut ke rumahnya. Disana, Andai-Andai Imut bertemu dengan ibu dan kedua saudara perempuan Kelenting Kuning. Kedua saudara Kelenting Kuning itu bernama Kelenting Merah dan Kelenting BIru. Ternyata, ibu dan kedua saudara Kelenting KUning itu sangat jahat padanya. Kemudian Andai-Andai Imut mengundang ketiga Kelenting itu dan ibunya untuk ke istana,. Di sana, Andai-Andai Imut memperkenalkan mereka kepada kedua orang tuanya. Dan akhirnya, Andai-Andai Imut memilih Kelenting Kuninguntuk jadi pacarnya.
Drama itu dibawakan oleh kakak-kakak kelas kami dengan sangat lucu dan kocak. Sehingga kami yang meliatnya-pun terpingkal-pingkal dibuatnya.
Acara dilanjutkan oleh penampilan band kakak kelas kami yang membawakan sebuah lagu berjudul I Love U Bibeh. Salah seorang vokalisnya dapat menari seperti gaya Michail Jackson.
Setelah itu adalah kuis yang dibawakan salah seorang petugas dari Telkomsel. Petugas itu membagi-bagikan hadiah bagi siapa saja yang dapat menjawab pertanyaannya.
Selain pentas seni, ada juga pameran karya-karya para siswa di sekolahku. Karya-karyanya sangat bagus dan indah.
Pentas seni dalam rangka sumpah pemuda kali ini berlangsung sangat menyenangkan.
Semoga, kita sebagai generasi penerus dapat menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara agar dapat mengemban tugas-tugas kita selanjutnya dengan baik.

Kamis, 10 Desember 2009

Gara-Gara Fitnah


Yume dan Ichiya adalah dua orang anak yang telah lama bersahabat. Mereka sangat kompak dalam hal apapun. Mereka tinggal di rumah yang berdekatan. Sejak TK, mereka selalu satu sekolah. Bahkan selalu satu kelas.
Di sekolah mereka yang sekarang ini, mereka bertemu dengan Toru dan Miko yang sekarang akhirnya menjadi sahabat mereka juga.
Pagi itu adalah hari Senin yang sangat cerah plus menyenangkan. Karena katanya jam pertama hari ini kosong (Yes! Bisa nyantai!). Yume yang baru tiba di kelas, heran melihat suasana kelasnya yang gaduh bak pasar loak.

Yume : (Meletakkan tas di meja dan berjalan menuju Ichiya)
“Ichiya, ada apaan sich? Koq rame banget?”

Ichiya: “Gak tau tuch! Tapi kata anak-anak sich katanya kelas
kita bakalan kedatangan murid baru.”

Yume : “Murid baru??? Dari sekolah mana? Cowok apa cewek?
Mudah-mudahan dia cowok ganteng ya..? Jadi kan nanti
aku bisa kenalan gitu...”

Ichiya : “Katanya sich cewek. Gak tau dari sekolah mana.”

Yume : “Yah... gak jadi kenalan dech... “ (batin Yume)

TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel tanda masuk kelas terdengar nyaring.
Anak-anak di sekolah itu akhirnya masuk di kelas masing-masing. Yume yang kebelet kencing izin sebentar untuk ke belakang.
Tak lama kemudian, seorang anak cewek bertampang rada jutek yang tingginya sekitar 160 cm memasuki kelas Ichiya dan Yume. Anak itu kemudian duduk di kursi kosong yang terletak di pojok belakang kelas.

Ichiya : “Oh... itu anak barunya...“ (batin Ichiya)

Anak-anak kelas itu langsung membatin alias ngrasani setelah melihat tampang anak baru itu yang jutek dan judes

Miko : “Eh Toru, tu anak baru tampangnya ngejutekin banget
ya…? Kesannya kayak belagu gitu… Masih baru udah
berlagak.”

Toru : “Iya ya… tuch anak kayaknya gak meyakinkan kalo diajak
temenan….”

Ichiya : “Kalian jangan gitu… Sapa tau di balik tampangnya yang
ngejutekin, sebenernya dia itu nyenengin….”

Ichiya lalu mendekati anak baru itu.
Toru dan Miko yang melihatnya hanya menghela napas. Mereka tau sifat baik (bahkan menurut mereka terlalu baik) temennya itu yang selalu berprasangka baik kepada siapapun sulit di ubah.

Ichiya : “Hai!” (sapa Ichiya)

Anak itu hanya menoleh sebentar. Jutek banget dia!

Ichiya : “Namaku Ichiya. Kamu siapa?” (seraya menjulurkan
tangan)

Ritsu : “Namaku Ritsu” (menjabat tangan Ichiya dan tersenyum.
Senyum dingin.)

Ichiya dan Ritsu berbincang-bincang. Lebih tepatnya, Ichiya yang nanya melulu ke Ritsu.

Yume : (berteriak-teriak Yume gak jelas dari depan kelas)
“Ichiya! Ichiya! Kamu dimana sich?”

Ichiya : “Woi! Yume! Aku di sini!” (seraya melambai-lambaikan
tangan)

Yume : (berjalan menuju tempat Ichiya) “Kamu, anak baru itu
ya?”

Ritsu : “Ya.”

Ichiya : “Namanya Ritsu. Dia pindahan dari Malang. Ritsu,
kenalin, ini Yume. Dia sahabat aku.”

Yume : “Yume.” (seraya menjulurkan tangan pada Ritsu)

Ritsu : “Ritsu.” (menjabat tangan Yume)

TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel istirahat akhirnya berbunyi.

Ritsu : “Ichiya, temenin aku ke kantin yuk…. Aku masih belum
biasa nich di sekolah ini… Kamu mau kan nemenin aku?”
(pinta Ritsu)

So pasti, Ichiya yang baik hati pasti mau nemenin Ritsu.

Ichiya : “Ya ya…. Aku mau…. Yuk jalan…”

Tak lama kemudian.

Yume : “Miko, Toru, ada yang lihat Ichiya gak?” (Tanya Yume
pada Nori dan Miko)

Miko : “Tuh ke kantin sama Ritsu.” (seraya menunjuk ke arah
Ichiya dan Ritsu)

Yume : “Oh….” (terus memandangi Ritsu dan Ichiya yang berjalan
menuju kantin)

TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel pulang akhirnya berbunyi. Suaranya terdengar sangat merdu bagi anak-anak yang merasa lelah karena pelajaran sekolah hari ini.

Ritsu : “Ichiya ini anaknya baik banget ya… anak-anak sekelas
pada gak mau temenan sama aku, eh,,, dia malah mau
jadi temen aku… kayaknya,,, aku mulai ada rasa sama
dia...” (kata Ritsu pada dirinya sendiri)

Ritsu kemudian mendatangi Ichiya.

Ritsu: “Ichiya nanti anterin aku ke perpustakaan umum yuk! Buat pinjem buku untuk tugas IPA itu lho... Ya ya ya….?! Please… anterin aku… (kata Ritsu dengan nada suara agak manja)
Bisa ditebak apa jawaban Ichiya, dia pasti mau nemenin Ritsu ke perpustakaan umum.

Ichiya: “Ya.... Aku mau. Kapan? Jam berapa?”

Ritsu: “Nanti sore. Jam 3. Nanti kita ketemu di depan gerbang sekolan ini. Oke?!”

Ichiya: “Oke!”

` Tak lama kemudian, Yume datang diikuti dengan Toru dan Miko.

Yume: “Ichiya pulang yuk!”

Ichiya: “Yuk!”

Yume: “Ritsu, duluan ya…? Daaagh…..” (melambai-lambaikan tangannya pada Ritsu. Diikuti oleh lambaian tangan Miko dan Toru)

Mereka berempat akhirnya pulang bersama karena rumah mereka memang satu arah.

Miko: “Ichiya, kamu koq betah banget sama Ritsu si anak jutek itu? Anak sekelas aja males temenan sama dia. Koq kamu mau sich?”

Toru: “iya nich. Perasan, seharian ini dia nempel terus sama kamu.”

Ichiya: “Ya… Bukannya gitu… Dia kan anak baru, jadi wajar aja donk kalo aku deket sama dia. Aku kan sekalian ngenalin sekolah kita ke dia”

Toru, Miko, dan Yume hanya mengangguk-angguk tanpa ekspresi.

Yume: “Eh, nanti sore ke rumahku yuk! Kalian bisa kan?”

Miko: “Oke dech… Toru, kamu ikut kan?” (menyikut tangan Toru)

Toru: “Pasti donk… aku pasti datang.” (menunjukkan jempolnya)

Yume: “Ichiya, kamu gimana? Datang ya…? Gak seru lho kalo gak ada kamu…”

Ichiya: “Ya ya…. Aku pasti datang koq. Tenang aja…”

Ichiya sama sekali lupa akan janjinya dengan Ritsu.

Di persimpangan jalan, Ichiya dan Yume berpisah dengan Toru dan Miko.

Yume: “Ichiya, kayaknya bener dech apa yang dibilang sama Toru tadi… (kata Yume dengan nada agak pelan)

Ichiya: (Ichiya yang gak mengerti maksud perkataan Yume, menatap Yume dengan tatapan heran) “Maksud kamu?”

Yume: “itu lho… soal Ritsu… kalo perkiraanku sich, Risu itu naksir ma kamu…”

Ichiya: “Ah! Masa! Gak mungkin!”

Yume: (sambil mengangkat pundak dan kedua tangan) “Ya terserah kamu dech mau bilang apa… tapi feelingku sich bilang gitu…”

Sore itu, Ritsu menunggu di depan gerbang sekolah.

Ritsu: “Aduh… Ichiya gimana sich.. Katanya janji mau ketemu di sini jam 3 sore… Gimana sich?” (kata Ritsu sambil uring-uringan sendiri)

Di tempat lain, Ichiya dan yang lainnya bersenang-senang di rumah Yume.
Waktu berlalu, jam menunjukkan pukul 16 lebih lima belas menit. Ritsu masih betah nungguin Ichiya di depan sekolah.

Ritsu: (Terus melihati jam tangan) “Duch…. Ichiya… kamu dimana sich…? Mana lupa Tanya nomer HPnya lagi…! Duh payah!”

Keesokan harinya, di kelas, hanya ada Miko yang memang selalu datang paling awal.
Ritsu: (Masuk kelas dengan wajah uring-uringan) “Duh Ichiya… mana sich kamu? Sialan! Eh, tuh ada Miko. Tanya ke Miko aja dech…”

Miko: (menyapa Ritsu) “Hei!”

Ritsu: “Hei. Eh, tau Ichiya gak?”

Miko: “Ichiya belum datang. Ada perlu apa?”

Ritsu: “Engggak, gini lho… Kemarin Ichiya tuh udah janji mau nemenin aku ke perpustakaan umum jam 3 sore. Tapi dia kutungguin sampek lama gak dateng-dateng…”

Miko: “Oh… Ichiya kemarin diajak Yume ke rumahnya makanya dia gak nemenin kamu…”

Ritsu: (meninggalkan Miko dengan muka merah padam) “Sialan! Sialan! Sialan! Kenapa sich mesti Yume! Gara-gara orang itu, aku gak jadi jalan sama Ichiya! Awas kamu Yume! Tunggu aja balasanku!’

TEEEETTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Waktu Istirahatpun tiba. Suasana kelas sangat sepi karena semua anak pergi keluar untuk ke kantin. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka untuk mengkosongkan kelas ketika istirahat.
Ichiya, Miko, dan Toru pergi ke kantin. Sedangkan Yume pergi ke toilet untuk kencing.
Sementara itu, Ritsu mengendap-endap memasuki kelas. Entah apa yang akan dia perbuat.

Ritsu : (berjalan menuju tempat duduk Ichiya. Membuka tasnya. Lalu mengambil buku harian Ichiya) “Aha! Ini dia !” (kemudian membawa benda itu keluar).

Di tempat lain…

Yume : (menepik jidat) “Aduh! Uangku ketinggalan di kelas! Yah… balik ke kelas deh!”

Setibanya di kelas…

Yume: (heran melihat Ritsu yang berjalan mengendap-endap) “Ritsu? Ngapain kamu disini?”

Ritsu : (berusaha menyembunyikan buku harian Ichiya di belakang badannya. Berbicara agak gugup) “Eng,,, enggak…. Tadi uangku ketinggalan di tas. Jadi aku ambil deh….”

Yume : “Oh… kirain ada apaan…” (berjalan menuju tempat duduknya lalu mengambil uang dan keluar dari kelas.)

Ritsu : (merasa lega) “Huff…. Nah, sekarang tinggal rencana selanjutnya… Tinggal masukkkan ini ke dalam tas Yume dan,,,, selesai!”

Rencana Ritsu sepertinya berjalan bagus karena tak satupun orang melihatnya.



Pulang sekolah, Ritsu menunggu Ichiya di pintu gerbang sekolah.

Ritsu : “Ichiya! Aku mau bicara sebentar sama kamu…”

Ichiya : “Tentang apa???”

Ritsu : “Kamu gak tau???”

Ichiya : “ Gak tau apa???”

Ritsu : “Buku harianmu?!”

Ichiya : “Buku harianku???”

Ritsu : “Iya, buku harianmu…. Coba deh kamu cri di tas kamu… ada apa enggak???”

Ichiya : (membuka tasnya dan mencari-cari buku hariannya lalu berbicara dengan nada panik) “Gak ada! Buku harianku gak ada! Kamu tau gak dimana????!!!

Ritsu : “Nah! Itu yang mau aku bicarain sama kamu… Tadi waktu istirahat, aku lihat Yume masuk kelas trus dia ngambil buku harian kamu…”

Ichiya : “Kenapa kamu gak bilang dari tadi???”

Ritsu : “Ya maaf… habisnya aku gak mau kamu bertengkar sama Yume gara-gara ini…”

Ichiya : (berlari mencari Yume dan berteriak dengan nada marah) “Yume! Di mana kamu?!”

Yume : “Eh Ichiya… ada apa? Jutek bangat muka kamu… ada apa?”

Ichiya : “Udah deh! Gak usah pura-pura gak tau! Kamu kan yang ngambil buku harianku? Hah?! Ngaku aja deh!”

Yume : “Buku harian kamu?! Maksud kamu apa sich? Aku gak ngerti deh! Aku gak pernah ya ngambil buku harian kamu….!”

Miko : “Udah deh.. dari pada kamu nuduh-nuduh gak jelas, Ichiya… mending kamu periksa sendiri deh tasnya Yume… Nanti kan ketauan, dia ngambil buku harian kamu apa enggak…”

Toru : “ Bener tuh kata si Miko. Mending kamu periksa sendiri tasnya Yume…”

Yume : (menyodorkan tasnya) “Nih!”

Ichiya : (menggeledah isi tas Yume dan terperangah) “Yume! Ini apa? Ini buku harianku kan? Koq bias ada di tas kamu?! Kalo bukan kamu yang ngambil, gak mungkin kan buku harianku ada di tas kamu?!”

Yume : “ Tap… Tapi… Aku… bukan…”

Ichiya : “ Hallah!!! Gak usah ngeles deh… udah jelas-jelas kamu yang ngambil masih belum mau ngaku juga???”

Yume : “Bukan….! Bukan aku!!!”

Ichiya : “Kamu itu! Jangan mentang-mentang kamu itu sahabat aku, kamu bisa seenaknya buka-buka barang pribadi aku! Aku juga punya privasi! Gak bisa kamu seenaknya kayak gitu! Kamu gak bisa dipercaya Yume! Aku pikir kamu sahabat yang baik… tapi ternya enggak! Aku salah! Maaf, aku udah gak percaya lagi sama kamu!” (berjalan pergi meninggalkan Yume, Miko dan Toru)

Yume : “Ichiya! Tunggu! Itu bukan aku! Sumpah bukan aku!” (teriak Yume)


Sementara itu, sepasang mata memandangi dari kejauhan…

Ritsu : “Akhirnya… rencanaku berhasil juga… dengan begini,, aku pasti bias deket sama Ichiya…”


Ritsu kemudian berlari mendekati Ichiya

Ritsu : “Ichiya, gimana? Yume ngaku gak kalo dia yang ngambil buku harian kamu?”

Ichiya : “Dia gak ngaku. Padahal udah terbukti kalo dia yang ngambil. Huh! Aku udah gak percaya lagi sama dia! Padahal kupikir, dia itu teman yang paling kupercaya. Tapi ternyata aju salah!”

Ritsu : “Ya udah, kalo gitu aku bias koq jadi orang yang paling kamu percaya.”

Ichiya : (tersenyum sedikit) “Makasih ya…”


Sore harinya, Miko dan Toru mengajak Yume berkumpul di rumah Miko.

Miko : “Yume, itu bener bukan kamu yang ngambil? Tapi koq bias ada di dalam tas kamu???”

Yume : Aku juga gak tau kenapa buku harian Ichiya ada di tas aku… Bukan aku yang ngambil… kalian percaya kan sama aku??? Tapi sebenernya yang lagi aku pikirin sekarang, Ichiya marah banget ke aku… kayaknya dia bakalan gak mau temenan sama aku lagi deh… (kata Yume dengan pasrah)

Toru dan Miko saling berpandangan


Malam harinya, Miko dan Toru mengajak Ichiya berkumpul di rumah Toru.

Miko : “Ichiya, masak kamu gak percaya sama Yume sich? aku sama Toru aja percaya koq kalo bukan dia yang ngambil buku harian kamu… Dia kan sahabat kamu dari kecil… kamu lebih tau sifat-sifat Yume, dia gak mungkin merusak privasi kamu…”

Ichiya : “Kalian lihat sendiri kan? Buku harianku ada di tasnya. Berarti dia yang ngambil. ”

Toru : “Belum tentu juga. Siapa tau ada orang lain yang pingin menfitnah Yume dan merusak persahabatan kalian.”

Mereka hanya berpandangan.
Setelah Ichiya pulang, Miko dan Toru masih bingung mengenai masalah ini.

Miko : “Gimana nih…. Yume sama Ichiya tengkar nih… kita harus cari cara biar mereka bisa baikan lagi… mereka kan udah sahabatan cukup lama… aku jadi gak rela kalo mereka tengkar…”

Toru : “Ya. Aku sependapat sama kamu. Tapi gimana caranya ya biar merek baikan?”

Miko : “Menurut kamu, yang kira-kira naruh buku harian Ichiya di tas Yume itu….

Miko&Toru: (serentak) “Ritsu!”

Toru : “Ya… sapa lagi kalo bukan dia!”

Pagi itu, Miko dan Toru mendatangi Ritsu dan melabraknya

Miko : “Eh Ritsu! Kamu kan yang naruh buku harian Ritsu ke tas Yume??? Iya kan???!!! Ngaku aja dech…”

Ritsu : “Kalian ini apa-apaan sich?! Pagi-pagi udah sewot!”

Toru : “Gak usah ngeles deh! Kita tau, kamu kan yang naruh buku harian Ichiya ke tas Yume?!”

Ritsu : “Iya! Kalo iya emank kenapa? Mau apa kalian? Mau kalian beri tau ke Ichiya? Hah?! Gak ada bukti! Kalian gak akan bias nuduh aku kalo gak ada bukti!”

Miko : “Emank. Sebelumnya kita emank gak punya bukti. Tapi sekarang kita punya. Kita baru aja ngerekam semua pengakuan kamu lewat HP ini. Mau apa kamu?! (seraya menunjukkkan HPnya)

Ritsu : “Ka…ka…kalian…..!”(berbicara dengan gugup dan panik)

Toru : “Sekarang kamu kita kasih 2 pilihan; mau ngaku sendiri, atau aku tunjukin rekaman ini ke Ichiya dan anak-anak sekelas biar kamu malu dan tau rasa?!”

Ritsu : (dengan suara agak pelan) “Oke! Aku mau ngaku sendiri.”

Miko : “Bagus! Kalo gitu, sekarang juga minta maaf ke Yume dan Ichiya trus ceritakan sama mereka kalo kamu yang ngelakuin semua ini!”

Toru : “Ichiya! Yume! Ada yang mau bicara sama kalian.”

Ichiya dan Yume saling berpandangan dengan tatapan heran.
Ritsupun kemudian menceritakan semuanya kepada Yume dan Ichiya

Yume : “Jadi semua ini kamu yang ngelakuin????!!!!”(kata Yume dengan nada tinggi dan terdengar marah)

Ichiya : “ Iya! Aku juga gak nyangka kalo kamu yang ngelakuin. Ku pikir kamu bias jadi temen yang baik!”

Ritsu : “Ya maaf… Habis aku sebel, gara-gara Yume aku jadi gak jadi jalan sama kamu, Ichiya…”(kata Ritsu dengan kepala menunduk)

Yume : “Jadi masalahnya, kamu suka sama Ichiya dan kamu cemburu sama aku, gitu???”

Ritsu : “Ya… iya…” (kata Ritsu dengan wajah semakin menunduk)

Yume : “Kalo suka bilang aja… lagian kamu gak usah cemburu sama aku. Coz aku ini Cuma sahabatnya Ichiya… bukan pacarnya… Ya kan Ichiya?! (sambil menyikut tangan Ichiya)

Ichiya : “Iya…”

Ritsu : “Jadi kalian maafin aku?!” (kata Ritsu dengan tatapan berharap)

Ichiya, Yume, Miko dan Toru saling beradu pandang.

Yume : “Ya. Kita maafin kamu tapi dengan 1 syarat; kamu gak boleh ngulangin perbuatan kamu lagi. Kamu bias janji?”

Ritsu : “Ya ya ya… aku janji gak akan ngulangin lagi. Makasih ya kalian mau maafin aku…”


Mereka semua berpelukan. Dan merekapun menjadi sahabat sejati selamanya.

Selasa, 24 November 2009

Pohon Menangis


Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan besar. Di kerajaan tu, hiduplah seorang putri yang cantik bernama Putri Sekarwangi.

Suatu hari, seorang pelayan kerajaan memanggil Putri Sekarwangi dengan wajah sumringah. ”Tuan Putri…! Tuan Putri…! Tuan Putri Sekarwangi…! Saya membawa kabar gembira! Diman Anda Tuan Putri…?”

“Aku di sini Juagleng. Kalau kau ingin bicara denganku, kemarilah!” terdengar jawaban dari sebuah kamar yang mewah.

Perempuan paruh baya itu duduk di samping Putri Sekarwangi. “Ada apa Juagleng? Mengapa kau memanggil-manggil aku terus? Kabar gembira apa yang kau bawa?” Tanya Putri Sekarwangi dengan tatapan heran.

“Begini Tuan Putri, tadi saya mendengar pembicaraan antara Baginda dan orang suruhan dari kerajaan sebelah…”

“Lalu, apa yang mereka bicarakan?”

“Katanya , besok Pangeran Gadingputih akan melamar Tuan Putri. Baginda dan permaisuri juga sudah setuju. Wah…! Tuan Putri pasti senang bukan?! Karena Pangeran Gadingputih itu ‘kan putra mahkota. Sudah begitu, beliau tampan dan baik hati. Wah…! Tuan Putri beruntung sekali bisa mendapatkan Pangeran Gadingputih!” tutur pelayan kerajaan itu panjang lebar.

Sekarwangi hanya terdiam maendengarnya.

“Maaf ya Tuan Putri, saya harus kembali. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan.” Sang Putri hanya mengangguk.

Sepeninggal Juagleng, Sekarwangi bingung dan tak tau harus berbuat apa. Ia sama sekali tak siap jika harus menikah dengan orang yang umurnya lebih tua 11 tahun darinya itu. Memang, Pangeran Gadingputih itu tampan, baik, dan juga seorang putra mahkota. Tapi ia sama sekali tak ingin jika harus menikah dengan orang yang sama sekali tak dicintainya. Apalagi diumurnya yang masih 14 tahun ini. Ia masih ingin bermain dan menikmati masa mudanya dulu. Begitu pikirnya.

“Aku harus membuat rencana untuk membatalkan pernikahan ini!” tekad Sekarwangi.

Langit yang gelap menjadi indah karena sinar rembulan. Suasana istana legang. Semua orang di istana itu telah terlelap tidur. Tapi sepasang mata sedang mengamati keadaan istana. “Aku harus bisa kabur dari istana ini! Tapi bagaimana? Di luar ‘kan banyak penjaga. Bagaimana aku bisa keluar?” pikir Sang Putri.

“Aha!” Air muka Sekarwngi mendadak menjadi sumringah.

Putri itu mengendap-endap berusaha keluar dari istana.

“Akhirnya, aku bisa keluar. Meskipun aku harus membohongi penjaga itu dan mengatakan ada pencuri yang masuk. Tapi tak apalah, yang penting pernikahan itu batal.”

Putri Sekarwangi tak tau harus kemana. Ia berjalan tanpa tujuan. Akhirnya ia tiba di sebuah pohon yang sangat besar di tengah hutan. Ia akhirnya tidur di bawah pohon itu karena lelah.

Matahari di ufuk timur mulai menampakkan sinarnya.

Di istana, Juagleng tergopoh-gopoh menuju kanar Putri Sekarwangi untuk membangunkannya.

“Tidak!!! Tidak mungkin!!!”

“Ada apa Juagleng? Mengapa kau berteriak-teriak?” Tanya wanita yang dipanggil permaisuri itu.

“Tuan Putri tidak ada. Tuan Putri hilang!” jawab Juagleng.

Akhirnya, Raja, para pengawal dan Pangeran Gadingputih yang baru tiba langsung mencari Putri Sekarwangi yang hilang.

“Cepat! Kalian cari di sebelah sana! Aku mencari di sebelah sini!” perintah sang Raja.

Sekarwangi yang mendengar suara ayahnya langsung terbangun dari tidurnya karena terkejut. Ia lebih terkejut lagi melihat Pangeran Gadingputih ikut mencarinya. Karena takut ketahuan Sekarwangi bersembunyi di bslik semak-semak. Tak sengaja ia mendengar pembicaraan ayahnya dengan Pangeran Gadingputih.

“Maafkan saya Pangeran Gadingputih, Anda jadi harus begini untuk mencari anak saya.”

“Tidak apa-apa. Lagi pula saya ikut mencari Sekarwangi karena keinginan saya sendiri. Dan saya sangat mencintai Sekarwangi.”

“Tapi bagaimana kalau Sekarwangi tidak diketemukan? Apakah Anda akan tetap ingin menikah dengannya?”

“Ya tentu! Saya sudah lama mencintai Sekarwangi dan ingin menikah dengannya. Meskipun saya harus menunggu seribu tahun lamanya, saya akan tetap menunggunya.”

Sang Raja hanya terdiam mendengar ucapan Pangeran Gadingputih. Sementara Sekarwangi semakin bingung mendengarnya.

“Bagaimana ini? Rencanaku, setelah aku kabur dari istana, Pangeran akan membatalkan pernikahan ini dan aku akan kembali ke istana dengan tenang. Tapi mengapa jadi begini? Kenapa Pangeran Gadingputih malah ingin menungguku? Ah, sebaiknya aku tetap tinggal di hutan ini sampai suasana aman.”

Sinar matahari kelihatan merah di ufuk barat. Tanda hari akan mulai malam. Pencarian pun dihentikan dan dilanjutkan esok hari.

“Bagaimana? Apa anak kita sudah ditemukan?” Tanya Permaisuri pada Raja dengan mata yang sembab karena terlalu banyak menangis. “Belum. Tapi besok kita akian mencarinya lagi.” Jawab Baginda Raja dengan tatapan menerawang.

Dua hari, tiga hari, lima hari, seminggu sudah pencarian dilakukan. Tapi Putri Sekarwangi belum juga ditemukan. Tapi Rja dan Pangeran Gadingputih belum menyerah untuk mencarinya.

“Aduh…! Perutku lapar sekali ! Sudah tiga hari aku tidak makan. Mereka juga belum menyerah mencariku… Bagaimana ini? Apa aku harus selamanya tinggal di hutan ini? Kalau begitu sama saja aku mati konyol! Ah, aku tidak mau itu! Ehmm… andai saja ada orang yang bisa mengubah wajahku agar orang-orang tidak mengenaliku…”

“Apa itu yang kau inginkan, Nak?”

“S…s…si…siapa kau?”

Sekarwangi kaget malihat melihat sosok wanita tua berbaju lusuh yang tiba-tiba ada di hadapannya itu.

“Apa kau memang ingin merubah wajahmu agar orang-orang tidak mengenalimu?” Tanya wanita tua itu.

“Ya… Memangnya kenapa?” jawab Sekarwangi pelan.

“Aku bisa mewujudkannya jika kau mau.” Kata wanita tua itu meyakinkan.

“Memangnya kau bisa???” tanya Sekarwangi ragu.

“Tentu saja!” jawab wanita tua itu singkat. “Mari ikut aku, Nak!” ajak wanita tua itu.

Sekarwangi mengikuti wanita tua itu.. Akhirnya mereka berdua tiba di sebuah tempat di bawah pohon beringin yang sangat besar dan di pinggir sebuah sungai .

“Potonglah salah satu ranting pohon beringin itu.” perintah wanita tua itu.

“Untuk apa?” tanya Sekarwangi.

“Sudahlah… Ikuti saja perintahku! Bukankah kau ingin merubah wajahmu?” jawab wanita tua itu ketus.

“Ya… Baiklah…” jawab Sekarwangi pelan. Kemudian Sekarwangi memotong ranting pohon beringin itu dengan susah payah.

“Ini rantingnya.” Sekarwangi menyodorkan ranting itu pada wanita tua itu.

“Apa kau yakin ingin merubah wajahmu?” tanya wanita tua itu serius.

“Tentu saja!” jawab Sekarwangi mantap.

“Tapi, ada satu pantangannya…” kata wanita tua itu.

“Apa? Apa pantangannya?” tanya Sekarwangi heran.

“Kau tidak boleh menikah dengan orang laki-laki pertama yang kau temui setelah ini. Apa kau sanggup menerimanya?”

“Itu mudah sekali. Aku menerimanya. Tapi kalau boleh tau, apa hukumannya jika melanggar pantangan itu?”

“Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi, dibulan purnama setelah pernikahan terlarang itu, akan terjadi sesuatu yang mengerikan jika kau melanggar pantangan itu.”

Sekarwangi mengangguk-angguk mengerti.

“Sekarang tutup matamu perlahan-lahan.” Perintah wanita tua itu.

Sekarwangi hanya menurut. Wanita tua itu mengguyur Sekarwangi dengan air sungai sambil mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra. Kemudian memukul-mukul kepala Sekarwangi dengan ranting pohon yang tadi.

“Sekarang buka matamu perlahan-lahan.” Perintah wanita tua tua itu.

“Hem… wajahmu masih tetap cantik meskipun berubah.” Kata wanita tua itu.

Sekarwangi bingung mendengar ucapan wanita itu.

“Lihatlah wajahmu!” wanita tua itu menyodorkan cermin kepada Sekarwangi. Entah dari mana ia mendapatkannya.

“Hey! Lihat! Wajahku berubah! Wajahku berubah! Teriak Sekarwangi girang. Ia hampir tak percaya bahkan ia hampir tak mengenali wajahnya sendiri. Tapi ia sangat senang. Sekarwangi tak henti-hentinya melihat wajahnya di cermin itu.

Wanita tua itu hanya menatap diam. Diam tanpa ekspresi.

“Terima kasih banyak kau telah merubah wajah…ku?” Sekarwangi sangat kaget ketika berbalik badan dan melihat tak ada wanita rua itu di sekelilingnya. Ia mencari-cari wanita tua itu kemana-mana sambil berlari, tapi usahanya nihil. Wanita tua itu seakan lenyap ditelan bumi. Karena kelelahan, Sekarwangi akhirnya pingsan tak sadarkan diri.

Sekarwangi membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat dibuka. Sebuah bayangan seseorang memenuhi ruang penglihatannya.

“Kau sudah sadar?” tanya sosok itu.

“Siapa kau? Dimana aku sekarang?” tanya Sekarwangi lemas.

“Namaku Ranggawungu. Aku menemukanmu tiga hari yang lalu di tengah hutan saat mencari kayu bakar. Karena kasihan, aku membawamu. Kau telah pingsan selama tiga hari. Sekarang kau di rumahku. Oh, ya maaf, bajumu telah diganti oleh adik perempuanku karena bajumu kotor sekali, tidak apa-apa ‘kan?”

Sekarwangi menatap sosok laki-laki itu dengan pandangan yang berbeda dari biasanya. Bagi Sekarwangi, ia bagaikan penyelamat nyawanya.

“Terima kasih kau sudah menyalamatkanku. Kalau tidak ada kau, mungkin aku sudah mati dimakan binatang buas.” kata Sekarwangi.

“Sama-sama.” jawab Ranggawungu seraya tersenyum.

“Ehm, kalau boleh tahu, siapa namamu?” tanya Ranggawungu.

“Sekarwangi.” jawab Sekarwangi singkat. Tapi buru-buru ia menutup mulutnya. Seharusnya ia memakai nama samaran, bukan nama asli.

“Hemm, namamu sama dengan nama Putri yang hilang itu. Tapi, tidak mungkin ‘kan kau Putri itu…? Mungkin namamu hanya kebetulan sam dengannya.”

“Ya… Hanya kebetulan…”

Sekarwangi menarik napas lega karena Ranggawungu sama sekali tak curiga padanya.

“Oh, ya! Ini makanannya. Kau pasti lapar sekali ‘kan?” kata Ranggawungu seraya menyodorkan sepiring nasi dengan sepotong tempe di atasnya.

Ya benar aku lapar sekali! Sangat lapar! Sudah enam hari aku tidak makan! Batin Sekarwangi sambil memakan makanan itu dengan sangat lahap. Meskipun tidak seenak makanan di istana, tapi Sekarwangi memakannya tanpa basa-basi. Ranggawungu menatap dengan pandangan teduhnya.

Seminggu sudah Sekarwangi tinggal di rumah Ranggawugu. Ia sangat kagum pada Ranggawungu yang hanya hidup berdua dengan adiknya setelah di tinggal mati oleh kedua orang tuanya padahal umur Ranggawungu masih sangat muda. Sama sepertinya, 13 tahun. Tapi ia sudah sangat mandiri. Berbeda sekali dengan dirinya.

“Kehidupan di sini berbeda sekali dengan di istana. Di sini aku lebih bebas melakukan apa saja dan tak terikat peraturan-peraturan yang membosankan. Andai saja dari dulu aku seperti ini…” pikir Sekarwangi sambil tersenyum-senyum sendiri.

Suatu hari, Sekarwangi membantu Ranggawungu membersihkan halaman depan rumahnya.

“Sekarwangi, kalau boleh tahu, dimana rumahmu dan siapa orang tuamu?” tanya Ranggawungu.

Sekarwangi terdiam sebentar.

“Emm… Aku tidak punya rumah dan orang tua…” jawab Sekarwangi pelan. Ia tahu ia telah berbohong. Tapi tak mungkun ‘kan jika ia mengatakan yang sebenaranya.

“Ranggawungu…” kata Sekarwangi pelan.

“Ya…?”

“Bisakah kau tidak menanyakan hal itu lagi?” pinta Sekarwangi. Ia tak ingin Ranggawungu bertanya lebih jauh.

“Baiklah… Aku tidak akan menanyakannya lagi. Tapi kalau memang kau tidak punya tempat tinggal, kau bisa tinggal di sini bersamaku dan adikku.” jawab Ranggawungu.

“Baiklah… Terima kasih…”

Tiba-tiba, seseorang berlari ke arah mereka. Sekarwangi seperti mengenal sosok itu. Juagleng! Ya! Orang itu adalah Juagleng! Tapi, mengapa Juagleng bisa ada di sini? Batin Sekarwangi.

“Mengapa kau berlari-lari Bibi Juagleng?” tanya Ranggawungu.

Bibi?! Batin Sekarwangi heran. Oh, jadi Juagleng adalah bibi Ranggawungu. Pikir Sekarwangi.

“Aku sedang mencari Tuan Putri. Aku kasihan melihat Permaisuri setiap hari menangis memikirkian Tuan Putri…”

Ibu… batin Sekarwangi .

“… Juga Pangeran Gadingputih yang tak henti-hentinya memikirkian Tuan Putri….”

Ayah? Bagaimana denagn ayah? Batin Sekarwangi bertanya-tanya.

“…Baginda Raja juga sangat bingung mau kemana lagi mencari anak tunggalnya itu… Oh, sungguh kasihan nasib mereka… Duh, Tuan Putri… mau kemana lagi kami harus mencari??? Cepatlah pulang Tuan Putri… Pangeran Gadingputih menanti Anda…” kata Juagleng dengan mata menerawang ke langit.

“Semoga Tuan Putri lekas ditemukan ya, Bibi… aku hanya bisa mendoakan dari sini…” kata Ranggawungu.

“Oh, ya siapa gadis di sampingmu itu, Ranggawungu?” tanya Juagleng.

Deg! Batin Sekarwangi ketakutan.

“Oh, dia temanku.” jawab Ranggawungu.

“Oh. Baiklah, kalau begitu aku harus kembali mencari Tuan Putri…” kata Juagleng seraya meninggalkan Sekarwangi dan Ranggawungu.

Benar juga. Juagleng tidak mengenalinya karena wajahnya berubah.

Tapi, pikiran Sekarwangi sekarang tertuju pada kedua orang tuanya. Sekarwangi berlari meninggalkan Ranggawungu. Matanya mulai berkaca-kaca memikirkan ibu dan ayahnya. Betapa jahatnya dia yang telah tega membuat kedua orang tuanya seperti itu. Tapi kalau dia kembali, Pangeran Gadingputih pasti akan memaksanya menikah. Ah! Sekarwangi bingung. Tak terasa air mata mulai membasahi kedua pipinya. Bagaimana ia harus bersikap sekarang? Apakah ia harus kebali? Atau tidak?

“Tapi, kalau aku kembali, percuma saja. Mereka tidak akan mengenaliku. Lebih baik aku tidak kembali dan tinggal di sini saja bersam Ranggawungu dan adiknya.” pikir Sekarwangi seraya menghapus air matanya. Egonya telah menutupi hatinya.

Satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, dua belas tahun sudah Sekarwangi tinggal di rumah Ranggawungu. Lama ia tinggal di sana membuatnya menaruh hati pada Ranggawungu. Ternyata Ranggawungu juga mencintai Sekarwangi. Akhirnya merekapun menikah.

Sekarwangi sama sekali lupa tentang pantangan yang tidak boleh dilakukannya.

Lima hari sudah Sekarwangi menikah dengan Ranggawungu. Tersiar kabar bahwa Permaisuri menjadi buta karena terlalu banyak menangis. Dan Raja juga sakit-sakitan karena memikirkan Sekarwangi. Sedangkan Pangeran Gadingputih belum menyerah untuk mencari Sekarwangi.

Tiga hari kemudian tersiar kabar Raja meninggal dan Permaisuri menjadi gila karena ditinggalkan oleh anak dan suaminya. Kabar itu akhirnya sampai juga ke telinga Sekarwangi. Sekarwangi sangat kaget mendengarnya. Hari itu, ia pergi ke luar rumah dan menangis di sepanjang jalan. Matahari mulai tenggelam. Hari-pun beranjak malam. Sekarwangi masih menangisi kedua orang tuanya.

Malam itu malam bulan purnama. Sekarwangi masih menangis di bawah sinar indah sang rembulan. Tapi tiba-tiba badannya mulai terasa sangat panas. Tapi ia tak memperdulikannya. Yang terpikir di otaknya sekarang adalah kebodohannya yang telah ia lakukan yang menyebabkan kedua orang tuanya sengsara.

Tubuh Sekarwangi tiba-tiba mengeluarkan benda aneh seperti batang pohon. Benda aneh itu semakin lama semakin banyak hingga menutupi tubuh Sekarwangi sendiri.

Di tempat lain, Ranggawungu sedang bingung menunggu istrinya yang tak kunjung pulang. Ranggawungu-pun kemudian mencari ke luar rumah. Di sebuah tempat, ia mendapati baju istrinya tergeletak di atas tanah. Dan di sampingnya terdapat pohon beringin setinggi manusia yang batangnya mengeluarkan air. Pohon itu seakan manangis karena suatu kesedihan. Ranggawungu yang kebingungan mencari istrinya meninggalkan pohon itu dan kembali mencari istrinya. Tapi usahanya percuma karena sebenarnya istrinya telah menjadi pohon beringin yang menangis tadi.

Sampai saat ini, setiap bulan purnama, batang pohon itu selalu mengeluarkan air. Dan orang-orang menyebutnya pohon menangis.