Gara-Gara Fitnah
Yume dan Ichiya adalah dua orang anak yang telah lama bersahabat. Mereka sangat kompak dalam hal apapun. Mereka tinggal di rumah yang berdekatan. Sejak TK, mereka selalu satu sekolah. Bahkan selalu satu kelas.
Di sekolah mereka yang sekarang ini, mereka bertemu dengan Toru dan Miko yang sekarang akhirnya menjadi sahabat mereka juga.
Pagi itu adalah hari Senin yang sangat cerah plus menyenangkan. Karena katanya jam pertama hari ini kosong (Yes! Bisa nyantai!). Yume yang baru tiba di kelas, heran melihat suasana kelasnya yang gaduh bak pasar loak.
Yume : (Meletakkan tas di meja dan berjalan menuju Ichiya)
“Ichiya, ada apaan sich? Koq rame banget?”
Ichiya: “Gak tau tuch! Tapi kata anak-anak sich katanya kelas
kita bakalan kedatangan murid baru.”
Yume : “Murid baru??? Dari sekolah mana? Cowok apa cewek?
Mudah-mudahan dia cowok ganteng ya..? Jadi kan nanti
aku bisa kenalan gitu...”
Ichiya : “Katanya sich cewek. Gak tau dari sekolah mana.”
Yume : “Yah... gak jadi kenalan dech... “ (batin Yume)
TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel tanda masuk kelas terdengar nyaring.
Anak-anak di sekolah itu akhirnya masuk di kelas masing-masing. Yume yang kebelet kencing izin sebentar untuk ke belakang.
Tak lama kemudian, seorang anak cewek bertampang rada jutek yang tingginya sekitar 160 cm memasuki kelas Ichiya dan Yume. Anak itu kemudian duduk di kursi kosong yang terletak di pojok belakang kelas.
Ichiya : “Oh... itu anak barunya...“ (batin Ichiya)
Anak-anak kelas itu langsung membatin alias ngrasani setelah melihat tampang anak baru itu yang jutek dan judes
Miko : “Eh Toru, tu anak baru tampangnya ngejutekin banget
ya…? Kesannya kayak belagu gitu… Masih baru udah
berlagak.”
Toru : “Iya ya… tuch anak kayaknya gak meyakinkan kalo diajak
temenan….”
Ichiya : “Kalian jangan gitu… Sapa tau di balik tampangnya yang
ngejutekin, sebenernya dia itu nyenengin….”
Ichiya lalu mendekati anak baru itu.
Toru dan Miko yang melihatnya hanya menghela napas. Mereka tau sifat baik (bahkan menurut mereka terlalu baik) temennya itu yang selalu berprasangka baik kepada siapapun sulit di ubah.
Ichiya : “Hai!” (sapa Ichiya)
Anak itu hanya menoleh sebentar. Jutek banget dia!
Ichiya : “Namaku Ichiya. Kamu siapa?” (seraya menjulurkan
tangan)
Ritsu : “Namaku Ritsu” (menjabat tangan Ichiya dan tersenyum.
Senyum dingin.)
Ichiya dan Ritsu berbincang-bincang. Lebih tepatnya, Ichiya yang nanya melulu ke Ritsu.
Yume : (berteriak-teriak Yume gak jelas dari depan kelas)
“Ichiya! Ichiya! Kamu dimana sich?”
Ichiya : “Woi! Yume! Aku di sini!” (seraya melambai-lambaikan
tangan)
Yume : (berjalan menuju tempat Ichiya) “Kamu, anak baru itu
ya?”
Ritsu : “Ya.”
Ichiya : “Namanya Ritsu. Dia pindahan dari Malang. Ritsu,
kenalin, ini Yume. Dia sahabat aku.”
Yume : “Yume.” (seraya menjulurkan tangan pada Ritsu)
Ritsu : “Ritsu.” (menjabat tangan Yume)
TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel istirahat akhirnya berbunyi.
Ritsu : “Ichiya, temenin aku ke kantin yuk…. Aku masih belum
biasa nich di sekolah ini… Kamu mau kan nemenin aku?”
(pinta Ritsu)
So pasti, Ichiya yang baik hati pasti mau nemenin Ritsu.
Ichiya : “Ya ya…. Aku mau…. Yuk jalan…”
Tak lama kemudian.
Yume : “Miko, Toru, ada yang lihat Ichiya gak?” (Tanya Yume
pada Nori dan Miko)
Miko : “Tuh ke kantin sama Ritsu.” (seraya menunjuk ke arah
Ichiya dan Ritsu)
Yume : “Oh….” (terus memandangi Ritsu dan Ichiya yang berjalan
menuju kantin)
TEEETTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bel pulang akhirnya berbunyi. Suaranya terdengar sangat merdu bagi anak-anak yang merasa lelah karena pelajaran sekolah hari ini.
Ritsu : “Ichiya ini anaknya baik banget ya… anak-anak sekelas
pada gak mau temenan sama aku, eh,,, dia malah mau
jadi temen aku… kayaknya,,, aku mulai ada rasa sama
dia...” (kata Ritsu pada dirinya sendiri)
Ritsu kemudian mendatangi Ichiya.
Ritsu: “Ichiya nanti anterin aku ke perpustakaan umum yuk! Buat pinjem buku untuk tugas IPA itu lho... Ya ya ya….?! Please… anterin aku… (kata Ritsu dengan nada suara agak manja)
Bisa ditebak apa jawaban Ichiya, dia pasti mau nemenin Ritsu ke perpustakaan umum.
Ichiya: “Ya.... Aku mau. Kapan? Jam berapa?”
Ritsu: “Nanti sore. Jam 3. Nanti kita ketemu di depan gerbang sekolan ini. Oke?!”
Ichiya: “Oke!”
` Tak lama kemudian, Yume datang diikuti dengan Toru dan Miko.
Yume: “Ichiya pulang yuk!”
Ichiya: “Yuk!”
Yume: “Ritsu, duluan ya…? Daaagh…..” (melambai-lambaikan tangannya pada Ritsu. Diikuti oleh lambaian tangan Miko dan Toru)
Mereka berempat akhirnya pulang bersama karena rumah mereka memang satu arah.
Miko: “Ichiya, kamu koq betah banget sama Ritsu si anak jutek itu? Anak sekelas aja males temenan sama dia. Koq kamu mau sich?”
Toru: “iya nich. Perasan, seharian ini dia nempel terus sama kamu.”
Ichiya: “Ya… Bukannya gitu… Dia kan anak baru, jadi wajar aja donk kalo aku deket sama dia. Aku kan sekalian ngenalin sekolah kita ke dia”
Toru, Miko, dan Yume hanya mengangguk-angguk tanpa ekspresi.
Yume: “Eh, nanti sore ke rumahku yuk! Kalian bisa kan?”
Miko: “Oke dech… Toru, kamu ikut kan?” (menyikut tangan Toru)
Toru: “Pasti donk… aku pasti datang.” (menunjukkan jempolnya)
Yume: “Ichiya, kamu gimana? Datang ya…? Gak seru lho kalo gak ada kamu…”
Ichiya: “Ya ya…. Aku pasti datang koq. Tenang aja…”
Ichiya sama sekali lupa akan janjinya dengan Ritsu.
Di persimpangan jalan, Ichiya dan Yume berpisah dengan Toru dan Miko.
Yume: “Ichiya, kayaknya bener dech apa yang dibilang sama Toru tadi… (kata Yume dengan nada agak pelan)
Ichiya: (Ichiya yang gak mengerti maksud perkataan Yume, menatap Yume dengan tatapan heran) “Maksud kamu?”
Yume: “itu lho… soal Ritsu… kalo perkiraanku sich, Risu itu naksir ma kamu…”
Ichiya: “Ah! Masa! Gak mungkin!”
Yume: (sambil mengangkat pundak dan kedua tangan) “Ya terserah kamu dech mau bilang apa… tapi feelingku sich bilang gitu…”
Sore itu, Ritsu menunggu di depan gerbang sekolah.
Ritsu: “Aduh… Ichiya gimana sich.. Katanya janji mau ketemu di sini jam 3 sore… Gimana sich?” (kata Ritsu sambil uring-uringan sendiri)
Di tempat lain, Ichiya dan yang lainnya bersenang-senang di rumah Yume.
Waktu berlalu, jam menunjukkan pukul 16 lebih lima belas menit. Ritsu masih betah nungguin Ichiya di depan sekolah.
Ritsu: (Terus melihati jam tangan) “Duch…. Ichiya… kamu dimana sich…? Mana lupa Tanya nomer HPnya lagi…! Duh payah!”
Keesokan harinya, di kelas, hanya ada Miko yang memang selalu datang paling awal.
Ritsu: (Masuk kelas dengan wajah uring-uringan) “Duh Ichiya… mana sich kamu? Sialan! Eh, tuh ada Miko. Tanya ke Miko aja dech…”
Miko: (menyapa Ritsu) “Hei!”
Ritsu: “Hei. Eh, tau Ichiya gak?”
Miko: “Ichiya belum datang. Ada perlu apa?”
Ritsu: “Engggak, gini lho… Kemarin Ichiya tuh udah janji mau nemenin aku ke perpustakaan umum jam 3 sore. Tapi dia kutungguin sampek lama gak dateng-dateng…”
Miko: “Oh… Ichiya kemarin diajak Yume ke rumahnya makanya dia gak nemenin kamu…”
Ritsu: (meninggalkan Miko dengan muka merah padam) “Sialan! Sialan! Sialan! Kenapa sich mesti Yume! Gara-gara orang itu, aku gak jadi jalan sama Ichiya! Awas kamu Yume! Tunggu aja balasanku!’
TEEEETTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Waktu Istirahatpun tiba. Suasana kelas sangat sepi karena semua anak pergi keluar untuk ke kantin. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka untuk mengkosongkan kelas ketika istirahat.
Ichiya, Miko, dan Toru pergi ke kantin. Sedangkan Yume pergi ke toilet untuk kencing.
Sementara itu, Ritsu mengendap-endap memasuki kelas. Entah apa yang akan dia perbuat.
Ritsu : (berjalan menuju tempat duduk Ichiya. Membuka tasnya. Lalu mengambil buku harian Ichiya) “Aha! Ini dia !” (kemudian membawa benda itu keluar).
Di tempat lain…
Yume : (menepik jidat) “Aduh! Uangku ketinggalan di kelas! Yah… balik ke kelas deh!”
Setibanya di kelas…
Yume: (heran melihat Ritsu yang berjalan mengendap-endap) “Ritsu? Ngapain kamu disini?”
Ritsu : (berusaha menyembunyikan buku harian Ichiya di belakang badannya. Berbicara agak gugup) “Eng,,, enggak…. Tadi uangku ketinggalan di tas. Jadi aku ambil deh….”
Yume : “Oh… kirain ada apaan…” (berjalan menuju tempat duduknya lalu mengambil uang dan keluar dari kelas.)
Ritsu : (merasa lega) “Huff…. Nah, sekarang tinggal rencana selanjutnya… Tinggal masukkkan ini ke dalam tas Yume dan,,,, selesai!”
Rencana Ritsu sepertinya berjalan bagus karena tak satupun orang melihatnya.
Pulang sekolah, Ritsu menunggu Ichiya di pintu gerbang sekolah.
Ritsu : “Ichiya! Aku mau bicara sebentar sama kamu…”
Ichiya : “Tentang apa???”
Ritsu : “Kamu gak tau???”
Ichiya : “ Gak tau apa???”
Ritsu : “Buku harianmu?!”
Ichiya : “Buku harianku???”
Ritsu : “Iya, buku harianmu…. Coba deh kamu cri di tas kamu… ada apa enggak???”
Ichiya : (membuka tasnya dan mencari-cari buku hariannya lalu berbicara dengan nada panik) “Gak ada! Buku harianku gak ada! Kamu tau gak dimana????!!!
Ritsu : “Nah! Itu yang mau aku bicarain sama kamu… Tadi waktu istirahat, aku lihat Yume masuk kelas trus dia ngambil buku harian kamu…”
Ichiya : “Kenapa kamu gak bilang dari tadi???”
Ritsu : “Ya maaf… habisnya aku gak mau kamu bertengkar sama Yume gara-gara ini…”
Ichiya : (berlari mencari Yume dan berteriak dengan nada marah) “Yume! Di mana kamu?!”
Yume : “Eh Ichiya… ada apa? Jutek bangat muka kamu… ada apa?”
Ichiya : “Udah deh! Gak usah pura-pura gak tau! Kamu kan yang ngambil buku harianku? Hah?! Ngaku aja deh!”
Yume : “Buku harian kamu?! Maksud kamu apa sich? Aku gak ngerti deh! Aku gak pernah ya ngambil buku harian kamu….!”
Miko : “Udah deh.. dari pada kamu nuduh-nuduh gak jelas, Ichiya… mending kamu periksa sendiri deh tasnya Yume… Nanti kan ketauan, dia ngambil buku harian kamu apa enggak…”
Toru : “ Bener tuh kata si Miko. Mending kamu periksa sendiri tasnya Yume…”
Yume : (menyodorkan tasnya) “Nih!”
Ichiya : (menggeledah isi tas Yume dan terperangah) “Yume! Ini apa? Ini buku harianku kan? Koq bias ada di tas kamu?! Kalo bukan kamu yang ngambil, gak mungkin kan buku harianku ada di tas kamu?!”
Yume : “ Tap… Tapi… Aku… bukan…”
Ichiya : “ Hallah!!! Gak usah ngeles deh… udah jelas-jelas kamu yang ngambil masih belum mau ngaku juga???”
Yume : “Bukan….! Bukan aku!!!”
Ichiya : “Kamu itu! Jangan mentang-mentang kamu itu sahabat aku, kamu bisa seenaknya buka-buka barang pribadi aku! Aku juga punya privasi! Gak bisa kamu seenaknya kayak gitu! Kamu gak bisa dipercaya Yume! Aku pikir kamu sahabat yang baik… tapi ternya enggak! Aku salah! Maaf, aku udah gak percaya lagi sama kamu!” (berjalan pergi meninggalkan Yume, Miko dan Toru)
Yume : “Ichiya! Tunggu! Itu bukan aku! Sumpah bukan aku!” (teriak Yume)
Sementara itu, sepasang mata memandangi dari kejauhan…
Ritsu : “Akhirnya… rencanaku berhasil juga… dengan begini,, aku pasti bias deket sama Ichiya…”
Ritsu kemudian berlari mendekati Ichiya
Ritsu : “Ichiya, gimana? Yume ngaku gak kalo dia yang ngambil buku harian kamu?”
Ichiya : “Dia gak ngaku. Padahal udah terbukti kalo dia yang ngambil. Huh! Aku udah gak percaya lagi sama dia! Padahal kupikir, dia itu teman yang paling kupercaya. Tapi ternyata aju salah!”
Ritsu : “Ya udah, kalo gitu aku bias koq jadi orang yang paling kamu percaya.”
Ichiya : (tersenyum sedikit) “Makasih ya…”
Sore harinya, Miko dan Toru mengajak Yume berkumpul di rumah Miko.
Miko : “Yume, itu bener bukan kamu yang ngambil? Tapi koq bias ada di dalam tas kamu???”
Yume : Aku juga gak tau kenapa buku harian Ichiya ada di tas aku… Bukan aku yang ngambil… kalian percaya kan sama aku??? Tapi sebenernya yang lagi aku pikirin sekarang, Ichiya marah banget ke aku… kayaknya dia bakalan gak mau temenan sama aku lagi deh… (kata Yume dengan pasrah)
Toru dan Miko saling berpandangan
Malam harinya, Miko dan Toru mengajak Ichiya berkumpul di rumah Toru.
Miko : “Ichiya, masak kamu gak percaya sama Yume sich? aku sama Toru aja percaya koq kalo bukan dia yang ngambil buku harian kamu… Dia kan sahabat kamu dari kecil… kamu lebih tau sifat-sifat Yume, dia gak mungkin merusak privasi kamu…”
Ichiya : “Kalian lihat sendiri kan? Buku harianku ada di tasnya. Berarti dia yang ngambil. ”
Toru : “Belum tentu juga. Siapa tau ada orang lain yang pingin menfitnah Yume dan merusak persahabatan kalian.”
Mereka hanya berpandangan.
Setelah Ichiya pulang, Miko dan Toru masih bingung mengenai masalah ini.
Miko : “Gimana nih…. Yume sama Ichiya tengkar nih… kita harus cari cara biar mereka bisa baikan lagi… mereka kan udah sahabatan cukup lama… aku jadi gak rela kalo mereka tengkar…”
Toru : “Ya. Aku sependapat sama kamu. Tapi gimana caranya ya biar merek baikan?”
Miko : “Menurut kamu, yang kira-kira naruh buku harian Ichiya di tas Yume itu….
Miko&Toru: (serentak) “Ritsu!”
Toru : “Ya… sapa lagi kalo bukan dia!”
Pagi itu, Miko dan Toru mendatangi Ritsu dan melabraknya
Miko : “Eh Ritsu! Kamu kan yang naruh buku harian Ritsu ke tas Yume??? Iya kan???!!! Ngaku aja dech…”
Ritsu : “Kalian ini apa-apaan sich?! Pagi-pagi udah sewot!”
Toru : “Gak usah ngeles deh! Kita tau, kamu kan yang naruh buku harian Ichiya ke tas Yume?!”
Ritsu : “Iya! Kalo iya emank kenapa? Mau apa kalian? Mau kalian beri tau ke Ichiya? Hah?! Gak ada bukti! Kalian gak akan bias nuduh aku kalo gak ada bukti!”
Miko : “Emank. Sebelumnya kita emank gak punya bukti. Tapi sekarang kita punya. Kita baru aja ngerekam semua pengakuan kamu lewat HP ini. Mau apa kamu?! (seraya menunjukkkan HPnya)
Ritsu : “Ka…ka…kalian…..!”(berbicara dengan gugup dan panik)
Toru : “Sekarang kamu kita kasih 2 pilihan; mau ngaku sendiri, atau aku tunjukin rekaman ini ke Ichiya dan anak-anak sekelas biar kamu malu dan tau rasa?!”
Ritsu : (dengan suara agak pelan) “Oke! Aku mau ngaku sendiri.”
Miko : “Bagus! Kalo gitu, sekarang juga minta maaf ke Yume dan Ichiya trus ceritakan sama mereka kalo kamu yang ngelakuin semua ini!”
Toru : “Ichiya! Yume! Ada yang mau bicara sama kalian.”
Ichiya dan Yume saling berpandangan dengan tatapan heran.
Ritsupun kemudian menceritakan semuanya kepada Yume dan Ichiya
Yume : “Jadi semua ini kamu yang ngelakuin????!!!!”(kata Yume dengan nada tinggi dan terdengar marah)
Ichiya : “ Iya! Aku juga gak nyangka kalo kamu yang ngelakuin. Ku pikir kamu bias jadi temen yang baik!”
Ritsu : “Ya maaf… Habis aku sebel, gara-gara Yume aku jadi gak jadi jalan sama kamu, Ichiya…”(kata Ritsu dengan kepala menunduk)
Yume : “Jadi masalahnya, kamu suka sama Ichiya dan kamu cemburu sama aku, gitu???”
Ritsu : “Ya… iya…” (kata Ritsu dengan wajah semakin menunduk)
Yume : “Kalo suka bilang aja… lagian kamu gak usah cemburu sama aku. Coz aku ini Cuma sahabatnya Ichiya… bukan pacarnya… Ya kan Ichiya?! (sambil menyikut tangan Ichiya)
Ichiya : “Iya…”
Ritsu : “Jadi kalian maafin aku?!” (kata Ritsu dengan tatapan berharap)
Ichiya, Yume, Miko dan Toru saling beradu pandang.
Yume : “Ya. Kita maafin kamu tapi dengan 1 syarat; kamu gak boleh ngulangin perbuatan kamu lagi. Kamu bias janji?”
Ritsu : “Ya ya ya… aku janji gak akan ngulangin lagi. Makasih ya kalian mau maafin aku…”
Mereka semua berpelukan. Dan merekapun menjadi sahabat sejati selamanya.
0 komentar:
Posting Komentar